Kondisi pasien rabies yang takut air, yang juga dikenal sebagai "hidrofobia", merupakan salah satu gejala khas yang sering terkait dengan penyakit rabies. Meskipun istilah "takut air" digunakan secara umum, sebenarnya bukanlah air itu sendiri yang menimbulkan ketakutan, melainkan ketidakmampuan pasien untuk menelan atau mengonsumsi air karena adanya spasme otot tenggorokan dan rasa panik yang terkait.
Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa kondisi ini terjadi pada pasien rabies:
-
Peradangan otak: Virus rabies menyerang sistem saraf pusat, termasuk otak. Ini menyebabkan peradangan otak yang parah, termasuk pada bagian yang mengendalikan refleks menelan. Gangguan ini menyebabkan kesulitan dan nyeri saat pasien mencoba menelan, termasuk air atau cairan lainnya.
-
Spasme otot tenggorokan: Infeksi virus rabies dapat mempengaruhi saraf yang mengendalikan otot-otot tenggorokan. Hal ini menyebabkan kontraksi otot yang tidak terkendali, yang membuat pasien kesulitan menelan dan merasakan adanya hambatan saat mencoba minum air.
-
Gangguan neurologis: Selain peradangan otak dan spasme otot tenggorokan, virus rabies juga dapat memengaruhi sistem saraf otonom, yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh yang tidak kita sadari secara sadar, termasuk respon terhadap air dan minuman. Gangguan pada sistem saraf otonom dapat memicu reaksi panik dan kecemasan saat terpapar air.
Dalam kombinasi, faktor-faktor di atas menghasilkan kondisi di mana pasien rabies mengalami ketidakmampuan untuk menelan dan mengonsumsi air, serta rasa takut dan kecemasan yang terkait dengan hal itu. Penting untuk dicatat bahwa gejala ini tidak universal dan mungkin tidak selalu muncul pada setiap individu yang terinfeksi rabies. Manifestasi gejala rabies dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya.
Dalam kondisi rabies, gejala yang muncul pada pasien sangat serius. Jika seseorang dicurigai terinfeksi rabies, perawatan medis segera harus dicari untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan peluang kesembuhan.